by: Frans Toegimin*
di sini jalan hotmix mulus, tanpa lubang, banyak rambu-tambu
banyak jembatan, banyak pengaman tanpa sungai
di sana jalan berlumpur, tergenang air, banyak kubangan bercampur batu
... jembatan ambruk pejabat diam tanpa beraksi
di sini gedung mulus, bertingkat banyak bak di negeri mimpi
di sana gubuk reot dinding bolong dari kayu berduri
di sini bertebaran toko serba ada tempat membuang duit orang kaya
di sana warung kelontong hanya buka tiap hari selasa
di sini orang kaya membuang makanan dari sisa pesta tadi malam
di sana rakyat melarat mengais rejeki bercocok tanam
di sini wakil rakyat banyak tidur banyak rejeki
di sana banyak rakyat kerja giat kurang gizi
di sini mobil mewah untuk mengantar anak sekolah
minim penumpang, sopir pribadi mencari joki
di sana anak sekolah bergaluntungan di jembatan bubrah
sedikit lengah terjun ke kali, resiko mati
di sini gedung sekolah bertembok tebal bercat mahal
pendingin ruangan, dengan seragam berbahan impor
di sana gedung rusak untuk sekolah, tanpa buku tanpa sandal
dinding retak, kelas basah atap bocor
*) Penulis adalah lulusan SPG 'Van Lith', bekerja selama 37 tahun di LSM, seorang ayah yang sabar menghadapi protes-protes ketiga anaknya, seorang suami yg selalu rela mengantar jemput istrinya walau baru saja menempuh perjalanan sehari semalam dari pelosok Indonesia, seorang tetangga yang selalu hadir di Ronda tiap malam minggu hanya untuk sekedar mengobrol dengan para tetangga dan sepiring kacang rebus.
diposting dalam rangka bangga-nya seorang anak terhadap ayahnya
source : http://estehmanisaromastrawberry.blogspot.com, http://youtube.com, http://wikipedia.org
0 Response to "DI BAWAH MERAH PUTIH"
Posting Komentar